English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 02 Juli 2012

Wisata Alam Kolam Pemancingan Plus Kuliner di Sedati

Ikan Bisa Langsung Dimasak dan Dinikmati di Lokasi
BAGI para penghobi mancing, nama Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, sudah tidak asing lagi. Desa itu surga bagi para pemancing. Hamparan luas kolam pancing tak membuat penghobi mancing bosan berjam-jam di tempat tersebut. Apalagi ikan yang disediakan bermacam-macam. Mulai ikan bandeng, nila, gurami, patin, hingga tombro. ”Tapi, yang paling banyak ikan bandeng,” ujar Camat Sedati Pujoseno.
Dia menjelaskan bahwa selama ini Kalang anyar menjadi pusat pemancingan. Di desa itu total ada sembilan pemilik kolam pancing. Tetapi, masing-masing pemilik bisa memiliki berhektare-hektare kolam pancing. Yang terbanyak kolam pancing ikan bandeng. Desa lain yang juga memiliki kolam pemancingan adalah Kwangsan, Gisik Cemandi, dan Ce mandi. Kwangsan terkenal dengan ikan gurami dan patin. Dua desa sisanya adalah ikan nila dan tombro.
Seorang ibu bersama 2 orang anaknya sedang menikmati wisata pancing di Kolam Pancing Sedati
Pada hari-hari biasa, kesibukan di kolam pemancingan itu tidak terasa. Di satu kolam pemancingan, paling hanya ada 20-50 orang. Tetapi, jika hari libur atau akhir pekan, jalan-jalan di empat desa tersebut bakal penuh dengan deretan mobil dan sepeda motor yang diparkir tak jauh dari lahan kolam pancing. ”Yang bermobil kebanyakan dari luar kota,” terang suami Mustorikah itu. Sebagian besar pemancing luar kota itu berasal dari Surabaya. Tetapi, banyak juga yang berasal dari Mojokerto, Pasuruan, hingga Malang.
Saat hari libur, jumlah pemancing di satu tempat pemancingan bisa mencapai ratusan orang. Bahkan, hampir tidak ada sela di sepanjang pinggiran kolam pancing. Semua penuh dengan kursi-kursi kecil yang ditempati pemancing. Pemancing dari luar kota biasanya membawa serta keluarga. ”Kadang malah satu mobil penuh,” terangnya. Tak jarang, banyak pemancing yang datang saat malam. Beberapa kolam pemancingan memang buka 24 jam.
Pria yang akrab dipanggil Pujo itu menjelaskan bahwa desa-desa tersebut sejak dulu memang berupa tambak. Baik itu ikan air tawar maupun ikan air payau. Baru sepuluh tahun lalu, satu demi satu pemilik tambak mulai membuka tambaknya menjadi kolam pemancingan. Saat ini, luas total kolam pemancingan di Sedati mencapai 17 hektare.
Makin banyaknya kolam pemancingan di Kalanganyar dan beberapa desa sekitarnya menggeliatkan perekonomian warga.
Masing-masing tempat pemancingan biasanya menyediakan layakan one stop service. Pemancing yang datang tanpa membawa alat bisa menyewa alat pancing. Jika dapat, setelah dibayar, bisa minta dihilangkan durinya. Kalau ingin langsung dimakan, rata-rata kolam pemancingan menyedia kan jasa pembakaran. Ikan yang dibakar itu sudah dibumbui plus disediakan sambal dan nasi. Jadi, tinggal makan ikan hasil tangkapan. Tidak perlu semua dibakarkan. Sisa ikan hasil pancingan tetap bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Salah satu tempat pemancingan yang cukup tenar di Kalanganyar, Sedati, adalah laguna milik H. Samsul Anam. Tempat itu bisa dibilang paling luas dan paling sering jadi jujukan warga luar kota.
Luas tempat memancing yang berdiri pada 2003 tersebut sekitar 3 hektare yang dibagi menjadi empat petak kolam pancing. Ikan di tempat pemancingan itu adalah bandeng. Per kilo bandeng dihargai Rp 18 ribu-Rp 20 ribu.
Abdul Muin, salah seorang pengelola laguna, menyatakan bahwa pada hari kerja satu petak kolam pancing hanya berisi 5-10 orang. Namun, saat hari libur, jumlah pemancing bisa mencapai 500-750 orang. Mereka biasa datang pada pagi, kemudian memancing hingga malam. Per orang biasanya membawa pulang 2-3 kilogram ikan. Jika ditotal, omzetnya mencapai Rp 30 juta-Rp 45 juta. Itu belum termasuk biaya sewa alat pancing atau jasa memasak ikan. ”Kalau hari libur, banyak yang langsung makan di tempat,” terang pria 50 tahun itu.
Di satu petak kolam pancing rata-rata berisi 4 ribu ekor ikan yang diisi seminggu sekali. Jadi, pemancing bisa dengan mudah men dapatkan ikan. Ikan yang dimasukkan berasal dari tempat pembesaran. Jadi, tidak ada yang kecil. Rata-rata beratnya 3 ons.
Butuh Program CSR bagi Nelayan
SEDATI, terutama Desa Kalanganyar, sebenarnya bisa menjadi daya tarik wisata air dan kuliner yang besar. Tidak hanya menarik pengunjung dari kota-kota sekitar, tapi juga mancanegara. Sayang, infrastruktur yang tidak memadai membuat lingkungan pemancingan tersebut tidak terawat dan sedikit kumuh. Padahal, tingkat ekonomi tamu dari luar kota yang datang ke wilayah itu tergolong mapan.
Kabag Perekonomian Pemkab Sidoarjo - Dra. Fenny Apridawati, M.Si
Selain pemancingan, potensi yang bisa digali di Sedati adalah wisata air atau sungai. Di sepanjang jalan terdapat sungai yang bermuara ke laut. Sayang, banyak kerusakan padaplengsengan atau pembatas sungai itu. Sungai yang berdekatan dengan rumah warga juga kotor. “Sebagian besar jalan sudah dibangun. Jika sungai dikeruk dan plengsengan diperbaiki, pasti bisa bagus,” ujar Kabag Perekonomian Pemkab Sidoarjo Fenny Apridawati.
Fenny menjelaskan, banyak warga yang memiliki perahu. Perahu-perahu tersebut biasanya digunakan melaut saat malam. Jika lokasi tersebut diberdayakan sebagai wisata sungai, saat siang perahu-perahu itu bisa dimanfaatkan. Dengan demikian, para nelayan bisa memperoleh penghasilan tambahan. Mereka tinggal memoles perahu agar lebih menarik bagi pengunjung.
Untuk itu, Fenny menyatakan saat ini mencari bantuan program corporate social responsibility(CSR) dari perusahaan yang peduli dengan pemberdayaan nelayan.
Jika terealisasi, wisatawan bisa mengarungi sungai dengan perahu untuk melihat kehidupan warga. Perahu itu bisa berlayar ke laut. “Jadi, wisatawan bisa merasakan berperahu hingga laut lepas,” ujar wanita yang selalu tampil menarik itu.
Selain wisata pancing dan sungai, ada satu lagi daya tarik wilayah tersebut. Setiap akhir Agustus, ada petik laut. Itu adalah perayaan yang menyimbolkan rasa syukur nelayan atas ikan tangkapan yang melimpah. Pada pelaksanaan tradisi tersebut, seekor kambing disembelih di laut, kemudian diperebutkan oleh warga. Namun akhirnya, kambing itu dimasak untuk dimakan bersama-sama seluruh nelayan.

(Sumber : Koran Jawa Pos “sha/c13/mik”)

0 komentar

Posting Komentar